Open top menu
#htmlcaption1 Berita-berita perang dan konflik dari seluruh dunia, click disini untuk membaca!
Friday, October 13, 2017
no image



Kemurahan Allah Untuk Anak Berkat Amal Kebaikan Orang Tua

Allah SWT. berfirman, "Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajukan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya." (ath-Thur: 21)

Artinya, Allah akan mengangkat derajat anak-anak orang mukmin hingga menyamai derajat orang tua mereka, meskipun tingkatan amal kebaikan mereka tidak setinggi tingkatan amal kebaikan orang tua mereka. Dan, itu tidak mengurangi amal kebaikan orang tua mereka sedikitpun. Jadi, derajat yang kurang tinggi akan diangkat hingga menyamai derajat yang tinggi. Akhirnya, anak-anak bisa berkumpul bersama orang tuanya di dalam surga, di dalam derajat yang tinggi.

Ibnu Abbas berkata, "Allah pasti akan mengangkat derajat keluarga seorang mukmin hingga menyamai derajat mukmin tersebut, meskipun tingkatan amal kebaikan mereka lebih rendah dari tingkatan amalnya."
Ibnu Abbas lalu membaca ayat, "Kami pertemukan anak cucu mereka  dengan mereka (di dalam surga), dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebaikan) mereka."

Diriwayatkanoleh IbnuAbi ad-Dunya bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat diatas dengan berkata, "Mereka adalah keluarga seorang mukmin yang mati membawa iman Meskipun kedudukan orang tua mereka di surga lebih tinggi daripada kedudukan mereka, mereka tetap akan dipertemukan dengan orang tua mereka tersebut. Hal itu takkan sedikitpun mengurangi amal kebaikan orang tua mereka.

Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila seseorang telah masuk surga, ia akan menanyakan kedua orang tuanya, istrinya dan anaknya. Dikatakan, 'Mereka tidak mencapai derajatmu.' Orang itu berkata, 'Tuhan, (pahala) amal kebaikanku aku peruntukkan untuk diriku dan mereka.' Akhirnya, atas perintah Allah, ia dipertemukan dengan keluarganya itu."

Ibnu Abbas kemudian membaca ayat, "Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan...."

Diriwayatkan oleh al-Aufi bahwa Ibnu Abbas meriwayatkan ayat tersebut dengan mengatakan, "Dan orang-orang yang keluarga mereka juga beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka akan dipertemukan dengan keluarga mereka itu di dalam surga, termasuk anak-anak mereka."

Penafsiran seperti ini hanya satu dari sekian banyak penafsiran kalangan ulama terhadap kata "keluarga" (dzuriyyah). Apakah hanya mencakup anak-anak kecil ataukah mencakup keseluruhan keluarga, baik yang dewasa maupun anak kecil? Ini sebagaimana firman Allah, "....Dan kepada sebagian dari keturunannya (dzuriyyah) Ibrahim, yaitu Dawud , Sulaiman...." (al-An'Am : 84) dan firman, "(wahai) keturunan (dzuriyyah) orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (al-Isra' : 3).
Disini, kata 'dzuriyyah' digunakan untuk menyebut anak kecil, sekaligus orang dewasa. Penafsiran alAufi dari Ibnu Abbas diatas mencakup keduanya. Penafsiran seperti ini juga diambil oleh al-Wahidi dan selainnya. Wallahu a'lam. Al-Aufi menukilkannya dari asy-Sya'bi, Abu Makhlad, Sa'id bin Jabir, Ibrahim an-Nakha'i, Qatadah, dan ar-Rabi' bin Anas.

Semua ini merupakan kemurahan dan rahmat Allah bagi anak-anak berkat amal kebaikan orang-orang tua mereka.



Kemurahan Allah untuk Orang Tua Berkat Amal Kebaikan Anak

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba saleh di dalam surga. Hamba itu berkata, 'Benarkah aku mendapatkan ini?' Allah pun berkata, 'Ya, berkat istighfar orang tuamu yang ditujukan untukmu.'" (HR Ahmad)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Bila sesorang meninggal dunia maka seluruh amalnya akan terputus kecuali tiga; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim)




***Ibnu Katsir

  
Read more
Wednesday, September 20, 2017
no image

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,
  " Orang-orang muslim yang fakir akan masuk surga terlebih dahulu sebelum orang-orang kaya selang setengah hari, yaitu 500 tahun." (HR. Ahmad)

Hadist ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Imam at-Tirmidzi, "Derajat hadist ini hasan shahih dan memiliki lebih dari satu jalur hingga ke Abu Hurairah."

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid bahwa Rasulullah bersabda,
"Aku pernah berdiri di depan pintu surga; aku melihat bahwa kebanyakan orang yang memasukinya berasal dari kalangan miskin. Aku juga pernah berdiri di depan pintu neraka; aku melihat bahwa kebanyakan orang yang memasukinya berasal dari kalangan wanita." (HR. Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya Rasulullah pernah mengamati neraka; beliau melihat bahwa sebagian besar penghuninya berasal dari kalangan wanita. Beliau juga pernah mengamati surga; beliau melihat bahwa sebagian besar penghuninya berasal dari kalangan fakir miskin."

Diriwayatkan dari Anas bahwa Nabi bersabda,
"Kiamat tidak akan terjadi sampai manusia berlomba-lomba memegahkan bangunan masjid." (HR. Ahmad).



** Ibnu Katsir 
Read more
Wednesday, September 6, 2017
no image

Ya'juj dan Ma'juj dari kalangan manusia.

Mereka layaknya manusia lainnya, mirip dengan orang-orang yang sebangsa dengan mereka, yaitu bangsa Turk. Mereka memiliki mata cekung, hidung pesek, rambut pirang, walaupun bantuk dan warna kulit mereka berbeda-beda. Jika ada orang beranggapanYa'juj dan Ma'juj itu bertubuh tinggi seperti pohon kurma atau lebih tinggi dari itu, atau cebol, memiliki telinga yang satu bisa menyelimuti, atau menutupi telinga satunya lagi (karena saking lebarnya) maka anggapan seperti itu hanya mengada-ada. Sebab tidak ada dalil maupun informasi yang menunjukkan demikian. Dalam sebuah hadist disebutkan, salah satu dari mereka tidak akan mati sampai memiliki keturunan sebanyak seribu orang. Wallahu a'lam.


Isyarat Nabi bahwa Keburukan Semakin Dekat dengan Bangsa Arab

Dalam shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, disebutkan sebuah hadist riwayat Zainab binti Jahsy. Suatu kali, Rasulullah tidur di samping Zainab lalu terbangun dengan wajah tampak merah seraya berkata,

  "La Illaha illa Allah. Celakalah bangsa Arab dari keburukan yang semakin dekat. Hari ini, benteng Ya'juj dan M'juj telah terbuka seperti ini. (Nabi memberi isyarat angka 90, atau 100 dengan jarinya)."

Zainab pun bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kami akan tetap binasa, sementara ditengah-tengah kami masih terdapat orang-orang saleh?" Beliau menjawab, "Ya, jika kerusakan telah merajalela." (HR. Bukhari dan Muslim)



**Ibnu Katsir

Read more
Friday, June 12, 2015
no image

Diriwayatkan bahwa Hamdan pernah bertanya kepada Fathimah binti Qais, saudara perempuan ad-Dhahhak bin Qais, salah satu rombongan pertama sahabat perempuan yang ikut hijrah ke Madinah.

Hamdan berkata, "Ceritakanlah padaku satu hadist yang engkau dengar langsung dari Nabi yang tidak engkau sandarkan kecuali kepada beliau." Fathimah pun berkata, "Aku menikah dengan Mughirah yang merupakan salah seorang dari pemuda terbaik Quraisy. Setelah suamiku syahid dalam jihad pertama bersama Rasulullah, aku dipinang oleh Abdurrahman bin Auf yang datang bersama beberapa orang sahabat. Akan tetapi, pada saat yang sama Nabi juga meminangku untuk bekas budaknya, Usamah Bin Zaid. Sebelumnya, aku pernah mendengar Nabi bersabda, 'Barang siapa mencintaiku maka hendaklah ia juga mencintai Usamah.' Jadi, saat beliau mengatakan niatnya untuk menikahkanku dengan Usamah, aku pun berkata, 'Nikahkanlah aku dengan siapa pun sekehendakmu, Ya Rasulullah.' Beliau lalu berkata, 'Pindahlah ke rumah Ummu Syuraik.' kala itu, Ummu Syuraik adalah perempuan Anshar yang sangat kaya, banyak menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan selalu memiliki banyak tamu. 'Baik, aku akan melakukannya,'jawabku.

Tak lama berselang, beliau berkata lagi, 'Jangan lakukan. Ummu Syuraik selalu memiliki banyak tamu. Aku tidak ingin jika suatu saat kerudungmu jatuh atau pakaian yang menutupi betismu tersingkap sehingga mereka akan melihatsesuatu yang tidak mereka sukai. Pindahlah ke rumah sepupumu saja, Abdullah bin Amr bin Ummi Maktum, karena ia merupakan lelaki dari Bani Fihr Quraisy, tempat asalmu.' Aku pun menuruti perintah beliau dan pindah ke rumah sepupuku. Setelah masa iddahku selesai, aku mendengar penyeru yang diperintahkan Nabi berseru, 'Mari shalat berjamaah!' Aku pun bergegas keluar menuju masjid dan shalat berjamaah bersama Nabi, di barisan perempuan yang berada di dekat barisan laki-laki."

Diriwayatkan bahwa Fathimah berkata,
  "Nabi duduk di atas mimbar dan bersabda, 'Sungguh, keturunan paman Tamim ad-Dari pernah berlayar di lautan ...' Dari hadist riwayat Ghilan bin Jarir dari asy-Sya'bi disebutkan, Tamim ad-Dari pernah berlayar di lautan, tapi kapalnya diombang-ambingkan ombak hingga terdampar ke sebuah pulau. Ia masuk ke pulau itu untuk mencari air tawar, lalu bertemu dengan seseorang yang menjulurkan rambutnya..." Fathimah menyebutkan hadist selanjutnya. Rasulullah keluar menemui orang banyak, lalu bersabda, "Inilah Thibah dan itu Dajjal." (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Fathimah binti Qais bahwa Rasulullah pernah mengakhirkan shalat isya. Seusai shalat, beliau keluar seraya bersabda,
   "Sesungguhnya aku telah terbelenggu oleh cerita Tamim ad-Dari yang dituturkan kepadaku terkait seorang lelaki yang ditemuinya di sebuah pulau. Tamim mengisahkan, ia tiba-tiba bertemu dengan seorang perempuan berambut panjang, Tamim lantas bertanya, 'Siapakah engkau?' Perempuan itu menjawab, 'Aku adalah Jassasah. Pergilah ke istana itu!' Tamim pun pergi. Di istana itu, ia melihat seorang lelaki berambut panjang yang terikat kuat dengan rantai. Ia pun bertanya, 'Siapakah engkau?' Lelaki itu menjawab, 'Aku adalah Dajjal. Sudah adakah Nabi ummi (buta huruf) yang diutus?' Ia menjawab, 'Sudah.'
Lelaki itu bertanya lagi, 'Apakah orang-orang menaatinya atau menentangnya?' Tamim menjawab, 'Orang-orang menaatinya.' Lelaki itu lalu berkata, 'Itu lebih baik bagi mereka.'" (HR. Abu Dawud)





<Ibnu Katsir>
Read more