Open top menu
Monday, January 6, 2014



Orang Mesir memandang kematian sebagai langkah menuju hidup yang lebih sempurna di Dunia Berikutnya.
Setiap orang dianggap punya tiga jiwa yaitu ka, ba, dan akh. Agar ketiganya dalam keadaan baik, tubuh harus selalu utuh. Karena itu, orang Mesir mencoba untuk mengawetkan tubuh mereka.

Secara bertahap, orang Mesir mengembangkan teknik pembalseman untuk mengawetkan tubuh raja dan orang kaya yang mampu membayarnya.
Organ tubuh mereka diambil dan disimpan di tempat yang disebut "kendi kanopi" dan tubuh mereka dikeringkan dengan natron (garam).

Tubuh yang sudah dikeringkan diisi dengan serbuk kayu, damar, dan natron lalu dibungkus dengan perban. Tubuh yang diawetkan ini disebut "mumi"
Topeng yang berbentuk wajah orang diletakkan di kepala mumi, lalu dimasukkan ke dalam peti.

Peti anthropoid (berbentuk manusia) mulai digunakan sekitar tahun 2000 SM. Sering kali, mumi diletakkan di dalam tempat penyimpanan yang berisi dua atau tiga peti, yang masing-masing telah diukir dan dicat serta dihias dengan emas dan mutiara.
Peti kayu diletakkan di dalam peti batu atau sarkofagus di dalam tempat penguburan.


Awalnya, doa yang ditujukan untuk jenazah raja diukir pada dinding piramida sebagai "Teks Piramida". Tapi setelah itu doa-doa itu diletakkan pada peti sebagai "Teks Peti". Sejak tahun 1500 SM, doa-doa itu ditulis pada daun papirus di dalam Book of the Dead.  

Untuk membantu menghadapi berbagai macam ujian dan berhasil mencapai Dunia Berikutnya, orang yang sudah meninggal memerlukan amulet dan Book of the Dead yang berisi mantra sihir dan peta.


Saat meletakkan topeng di kepala mumi, pemimpin prosesi memakai topeng yang mewakii Anubis, dewa berkepala anjing.

0 comments