Open top menu
Tuesday, December 17, 2013



Dahulu kala, hiduplah seekor burung hantu abu-abu di sebuah hutan yang lebat. Burung hantu sangat pemalas. Ia tidak suka terbang berpindah dari satu dahan ke dahan lain dan hanya berdiam di satu dahan seharian.

Pada suatu hari, burung hantu sedang tidur di dahannya. Tiba-tiba, burung pelatuk hinggap di batang pohon tidak jauh dari burung hantu. Burung pelatuk mulai mematuki batang pohon dengan cepat.

Suara bising burung pelatuk membangunkan burung hantu. Ia menggerakkan sayapnya sedikit dan dengan malas mengusir burung pelatuk.
    
     "Mengapa kau berisik sekali? Kau mengganggu tidurku, pelatuk jahat," kata burung hantu.
   
     "Aku sedang mencari makanan," jawab burung pelatuk.
   
     "Carilah makanan di tempat lain. Enyahlah kau!" bentak burung hantu.
   
     "Semua orang sibuk bekerja, hanya engkau yang bermalas-malasan," kata burung pelatuk sambil pergi.
   
Burung hantu kembali tidur. Tapi, belum sempat menutup mata, ia mendengar suara siulan menakutkan magpie (sejenis burung gagak di daratan Eropa). Suaranya keras sekali karena magpie bertengger tidak jauh dari burung hantu.

     "Hei, berisik! Pergilah kau!" usir burung hantu.



Magpie tidak takut pada burung hantu.
     "Mengapa engkau tidur terus? Lihatlah sekitarmu! Semua burung sibuk sekali. Ada yang mencari makanan, membangun sarang, dan sebagainya," kata magpie.

Sebelum burung hantu menjawab, magpie sudah pergi dengan acuh tak acuh. Lalu ketika burung hantu akan tidur lagi. Tiba-tiba, ia merasakan seekor burung kecil terbang di atas kepalanya. Saat ia membuka mata, ia melihat burung tomtit (sejenis burung pipit) sedang mengumpulkan ranting pohon untuk membuat sarang.   

Burung hantu mengawasi tomtit yang sedang sibuk.
     "Suatu hari aku juga akan membangun sarangku," pikir burung hantu.
   
Malam telah tiba. Udara saat itu sangat dingin. Burung hantu menjadi gemetar kedinginan. Ia menekankan sayap ke tubuhnya dan teringat sarang tomtit yang hangat.
     "Andaikan saja aku bisa tidur di sarang sehangat itu," pikir burung hantu.
   
Malam semakin dingin. Rasa-rasanya burung hantu akan mati oleh dinginnya malam. Tapi, pagi pun tiba dan matahari terbit. Burung hantu mulai merasa hangat lagi. Ia lupa pada keinginannya membangun sarang dan tertidur lagi.
Begitulah seterusnya burung hantu yang malas. Ia tidak pernah membangun sarangnya.


Pesan moral : Jangan jadi anak pemalas. Orang yang malas akan merugi. Jadilah anak yang mandiri dan suka bekerja keras.

0 comments